DIALOG INTERAKTIF RRI, EVALUASI PENANGANAN KARHUTLA DAN ANTISIPASI BENCANA BANJIR DI TALA
Keterangan Gambar : Ada yang berbeda pada kegiatan Manunggal Tuntung Pandang terakhir di tahun 2019 di desa Ambawang, Jumat (22/11). Sebelum acara pembukaan, digelar Dialog Interaktif Luar Studio oleh Pro 1 RRI Banjarmasin.

DIALOG INTERAKTIF RRI, EVALUASI PENANGANAN KARHUTLA DAN ANTISIPASI BENCANA BANJIR DI TALA

Tala-Info Publik, Ada yang berbeda pada kegiatan Manunggal Tuntung Pandang terakhir di tahun 2019 di desa Ambawang, Jumat (22/11). Sebelum acara pembukaan, digelar Dialog Interaktif Luar Studio oleh Pro 1 RRI Banjarmasin.

Evaluasi Penanganan Karhutla dan Antisipasi Bencana Banjir Kabupaten Tanah Laut dipilih menjadi tema Dialog Interaktif tersebut. Bupati Tanah Laut, H. Sukamta, Kasat Sabhara Polres Tanah Laut AKP Adenan, SE, MM, Dandim 1009 Pelaihari, Letkol Inf Adi Yoga Susetyo, dan Kepala BPBD Ir. H. M. Kusri, merupakan narasumber utama dialog dipandu oleh dua pembawa acara dari RRI Pro 1 Banjarmasin, Auliana, S.H., dan H. Surya Permana.

Memasuki pembahasan evaluasi penanganan banjir, Kepala BPBD M. Kusri merincikan, bahwa sejak 17 Mei 2019 sampai 18 November 2019, Kabupaten Tanah Laut sudah ditetapkan oleh Bupati Tanah Laut sebagai siaga darurat, yang kemudian pada akhir Mei datang pertanda alam bahwa Tanah Laut akan kemarau yaitu adanya banjir di asam-asam.

Lebih lanjut M. Kusri menjelaskan, awal bulan Juni karhutla mulai terjadi, kemudian semakin meningkat, sehingga pada 28 Juni tim gabungan mulai menjaga 12 titik pos kebakaran hutan dan lahan oleh 150 orang yang terdiri dari anggota TNI, Polri, BPBD, dan masyarakat. Kusri juga menjelaskan bahwa dalam 580 kali kejadian Karhutla, rerata luas lahan yang ditangani tidak lebih dari 2,5 hektar setiap kejadian, penanganan selalu dilakukan segera karena jika terlambat maka akan terpantau oleh hotspot karhutla.

M. Ishaq, Ketua Karang Taruna Desa Ambawang turut berpartisipasi ketika sesi tanya jawab dimulai. Ishaq mengaku merasa penasaran dengan penyebab kebakaran hutan dan lahan padahal kita semua sudah tahu dampaknya merugikan, selain itu ia juga ingin mendapat jawaban mengenai langkah alternatif pembukaan lahan tanpa harus membakar.

Menjawab pertanyaan Ishaq, Bupati Tanah Laut H. Sukamta pun menjelaskan bahwa faktor penyebab karhutla bisa akibat dari banyak faktor baik yang tidak sengaja seperti membuang sisa rokok di lahan yang kering, sampai dengan oknum yang sengaja membakar untuk membuka lahan.

Bupati memberi penekanan pada alternatif pembukaan lahan yaitu memberikan contoh di Desa Sumber Makmur Kecamatan Takisung yang sudah berhasil berpindah dari cara membakar beralih menggunakan teknologi traktor untuk membuka lahan areal tanam, dan untuk alat mesin pertanian besar dapat meminjam ke pemerintah, mengingat biaya pemeliharaan cukup besar.

“Tahun ini (berkat) program serasi (menjadi ) luar biasa, daerah Desa Sumber Makmur sampai Pagatan itu dulu bondong semua, sekarang bondong sudah habis, semua sudah diolah, sudah menjadi areal tanam semua, tidak dibakar, pakai alat traktor kita, pakai John Deer boleh, pakai traktor tangan juga bisa,” ujar Bupati. (Diskominfo)

Bagikan halaman ini

Berita Lainnya